Pada tanggal 2 Juli 2009, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional atau LAPAN sukses
meluncurkan Roket RX-420. Roket RX-420 adalah Rocket eXperiment berdiameter 420 milimeter (0.42 meter) yang dibuat dan didesain oleh putra-putri terbaik bangsa di LAPAN. Proyek roket ini merupakan bagian dari proyek besar LAPAN membawa satelit ke orbit yang biasa disebut sebagai Roket Pengorbit Satelit (RPS). Rencananya LAPAN akan mengorbitkan satelit kelas nano yakni satelit bermassa 5 kg.
Untuk digunakan sebagai peluncur satelit, LAPAN mengembangkan RPS 4 tingkat. RPS 4 tingkat ini terdiri dari dari 6 unit roket yakni 5 roket RX-420 sebagai roket pendorong dan satu roket utama RX-320. Hingga saat ini, LAPAN sudah berhasil membuat sekurang-kurangnya 16 unit roket yakni 1 unit RX-250, 3 unit RX-150, 3 unit RX-100, 3 unit RX-70, 4 unit RX-70 FFAR, 1 unit RX-320 serta terakhir adalah RX-420.
Sebelum Juli 2009, 19 Mei 2009, LAPAN telah sukses meluncurkan roket RX-320 di kawasan Pameungpeuk, Garut- Jawa Barat. Selain bekerja sama dengan sejumlah lembaga dan departemen lokal seperti LIPI, PT DI, PT Pindad, Dephan-TNI dan BPPT, LAPAN juga bekerja sama Technical University of Berlin (TUBerlin). Kerjasama dengan Tuberlin telah menghasilkan satelit pengamatan bumi yang diberi nama Lapan-TUBSat. Satelit tersebut merupakan satelit jenis mikro yakni satelit dengan bobot 50 kg. Satelit mikro tersebut telah diorbitkan pada tahun 2007. Untuk kepentingan Indonesia, LAPAN akan membuat satelit ekuatorial yang akan memiliki waktu orbit di atas wilayah Indonesia lebih lama yaitu tiga jam pada siang hari dengan tiga stasiun bumi.
Spesifikasi Roket RX-420 | Keterangan |
Waktu pembuatan | 3 bulan |
Diameter | 420 mm (0.42 m) |
Massa luncur | 1000 kg (1 ton) |
Panjang | 6.2 meter |
Kecepatan maksimum | 4.5 mach (kec. suara) |
Jarak jangkau | 200 km |
Ketinggian jangkau | 53 km |
Jenis bahan | Propelan Solid-komposit |
Bahan bakar *) | Ammonium Perchlorate (AP) dan HTPB (Hydroxy Terminated Poly Butadiene) |
Waktu bahan bakar | 13 detik |
Lama terbang | 205 detik |
Muatan yang dibawa | Diagnostik,GPS, altitudemeter, gyro, 3-axis accelerometer, processor dan baterai. |
*) Bahan bakar roket berupa oksidator dan “fuel” kimia merupakan teknologi rahasia yang diproteksi (blokade) oleh negara-negara maju. Dan LAPAN sudah menguasai teknologi pembuatan bahan bakar roket ini. Dan bahkan kualitas bahan bakar roket dari LAPAN memiliki perfoma yang lebih baik daripada bahan bakar yang diimpor.
Teknologi Roket LAPAN : Satu Langkah (Satelit) Menuju Luar Angkasa
Ada banyak aplikasi dari teknologi roket baik dibidang ilmu pengetahuan, kemanusiaan maupun militer. Dengan menguasai teknologi roket, maka butuh satu langkah lagi menuju teknologi orbit satelit, ulang-alik luar angkasa, dan
misil atau peluru kendali (rudal) atau yang paling “sederhana” adalah roket untuk membuat hujan buatan. Untuk teknologi rudal misalnya, perlu mengembangkan bahan peledak, sensor tracking, satelite controlling, yang dipasang pada Roket dengan ukuran yang lebih besar dengan jangkauan 200 hingga 500 km, maka kita sudah mampu memproduksi misil sekaliper Harpoon atau Exocet MM bahkan dapat dikonversi menjadi ASM missile yang dipasang pada pesawat tempur buatan PT DI. Dengan jangkauan 200 hingga 500 km, maka peluncuran roket dari Pontianak (Pulau Kalimantan) atau Pekanbaru (Pulau Sumatera) sudah dapat menjangkaui wilayah Malaysia atau Singapura.
Roadmap Roket Pengorbit Satelit LAPAN
2009 : Roket tunggal RX-320 dan RX-420
2010 : Roket gabungan RX-420-420
2011 : Roket gabungan RX 420-420-320 dan SOB 420
2012-2013 : Roket 4 tingkat
2014 : Roket RPS siap meluncurkan “Nano Satelit” pada ketinggian 300 km dengan kecepatan orbit 7.8 km/s.
“Daya jangkau roket ini bisa kita ibaratkan bila diluncurkan dari Jakarta bisa menembus Bandar Lampung,”kata dia. Rencananya, uji coba akan dilanjutkan pada 2010 dengan roket yang diluncurkan merupakan gabungan dari RX 420-420 dan 2011 giliran gabungan 420-420 – 320 dan SOB 420.
Pada 2014 seluruh uji coba peluncuran roket selesai dan roket siap mengantarkan satelit dengan nama Nano Satelit dengan ketinggian 300 kilometer dan kecepatan 7,8 kilometer perdetik. “Uji coba akan terus dilanjutkan hingga 2014 dan seluruh roket siap mengantarkan Nano satelit,” kata dia.
Namun, bila dikembangkan untuk pengetahuan-kemanusiaan seperti untuk satelit, maka hanya diperlukan teknologi pembuatan satelit itu sendiri. Dalam hal ini, LAPAN yang bekerja sama dengan beberapa lembaga lokal dan luar negeri telah mampu membuat satelit. Dengan pengembangan lebih lanjut dalam teknologi roket, maka sangatlah mungkin Indonesia mampu menguasai teknologi pengorbitan satelit (roket+satelit). Dan LAPAN menargetkan pada tahun 2014, LAPAN sudah mengirimkan satu satelit dari Ind
onesia ke luar angkasa.
Secara keseluruhan, bila kita sudah mampu menguasai teknologi roket untuk satelit, maka akan jauh lebih mudah untuk kemudian masuk ke teknologi rudal. Terutama dari segi bahan roket. Untuk roket satelit, dibutuhkan bahan yang tahan dengan perubahan temperatur yang tinggi, karena dari lapisan atmosfer hingga eksosper, roket harus melewati lapisan dengan suhu yang berbeda-beda di atmosfer bumi. Belum lagi energi panas yang dihasilkan dari friksi atmosfer terhadap kecepatan roket.
Sedangkan teknologi paling akhir adalah teknologi ulang alik luar angkasa yang membutuhkan pesawat luar angkasa. Jika kita konsisten mengembangkan ini, maka saya pikir Indonesia membutuh waktu 2 dekade untuk mencapai hal tersebut. Teknologi ulang alik luar angkasa sangatlah mahal, dapat menelan belasan triliunan rupiah dari riset hingga eksekusi. Dari segi dana, tentu belum saatnya kita mengembangkan hal ini. Sehingga hal yang realistis dapat kita kembangkan adalah teknologi satelit. Untuk membuat satelit secara lokal, dibutuhkan biaya 25 miliar rupiah. Dan untuk meluncurkan satelit, diprediksikan angka yang dibutuhkan tidak jauh dari biaya pembuatan satelit. Bila sudah mampu menguasai teknologi orbit satelit, maka sangat mudah untuk melanjutkan teknologi rudal. Namun, bukanlah hal mudah untuk mendapat “izin” mengembangkan teknologi ini.
***********
Dengan kondisi saat ini, sudah saatnya Indonesia harus berani dan siap mengembangkan teknologi militer secara mandiri. Kita harapkan agar uji coba uji coba peluncuran roket dua tingkat RX-150/120 dari Panser (wahana gerak) dengan daya jangkau 24 kilometer yang bekerjasama dengan Lapan, TNI-AD dan PT Pindad dapat ditingkatkan. Sehingga baik panser buatan Pindad maupun pesawat yang dibuat oleh PT DI nantinya dapat dipasang dengan senjata berteknologi roket (yakni rudal).
Pengembangan riset dan teknologi ini saya pikir sangat diperlukan, sekaligus memberi kesempatan bagi para alumni lulusan perguruan tinggi lokal dan juga para dosen/peneliti untuk ikut memberi sumbangsih bagi perkembangan teknologi Indonesia. Hal ini tentu membutuhkan biaya yang besar, namun nilai ini akan sebanding dengan martabat bangsa. Bila perguruan tinggi Indonesia, lembaga penelitian, BUMN, para generasi muda bangsa mampu menguasai teknologi mutakhir, maka setidaknya “tetangga” kita tidak lagi memandang sebelah mata kepada Indonesia. Namun perlu diingat, teknologi ini semestinya adalah teknologi yang rahasia bagi negara, sehingga perusahaan yang terkait tidak boleh diinflitrasi oleh asing (dengan tidak boleh diprivatisasi). Sebagai informasinya saja, pada tahun 2009 pemerintah akan memprivatisasi 30 BUMN kepada swasta dan asing, salah satunya adalah PT Krakatau Steel yang menjadi rekanan PT DI, PT Pindad dan PT PAL.
Jayalah Indonesiaku,