Sabtu, 28 November 2009

Black spot of rose





Black spot of rose, also known as leaf blotch, and leaf spot, is a disease caused by a fungus called Diplocarpon rosae. The optimal conditions for disease development are 75-85° F and high relative humidity. Infection may be greatest on leaves that remain wet for six hours or longer. Leaves and canes can become infected.

Leaf symptoms are roundish, black spots with fringed margins that can be up to ½" in diameter. The spots form on the upper sides of leaves. The tissue surrounding the spots turns yellow. Infected leaves may prematurely drop from the plant. Usually lower leaves are infected first. Excessive leaf drop weakens the plant, predisposing it to other forms of injury such as those caused by temperature extremes.

Cane symptoms are blister-like, purple blotches that later turn black. The fungus probably will not kill the branches, but cane infections can be important in the pathogen's survival through the winter.
Management of black spot includes sound cultural practices such as raking fallen leaves and removing infected canes. Avoid wetting leaves when watering and maintain air circulation around the plants to promote drying. Several rose cultivars have good resistance against black spot. If a cultivar is not resistant, fungicide applications may be necessary for disease control. Check with your local garden center for products labeled for black spot. Some varieties may require spraying every 7-10 days throughout the growing season, especially if the weather is cloudy, warm, and humid. Cover both sides of the leaves when spraying. If possible, alternate between different fungicides. It is important to read the label and follow application recommendations. Fungicide treatments are most effective when used in conjunction with good cultural practices.

Jumat, 27 November 2009

Pengolahan Limbah Cair Tekstil secara Elektrokoagulasi.

Bahan Lomba......



Judul Percobaan:
Pengolahan Limbah Cair Tekstil secara Elektrokoagulasi.

Tujuan Percobaan:
Percobaan ini bertujuan untuk mengolah limbah cair tekstil secara elektrokoagulasi

Dasar Teori:

Pendahuluan
Kebutuhan akan berpakaian merupakan kebutuhan mendasar yang sangat diperlukan sejak manusia pertama diciptakan. Seiring dengan perkembangan kebudayaan manusia, budaya pakaian dimulai dari pemakaian kulit binatang sampai akhirnya beralih menuju pemakaian tekstil.
Dengan berkembangnya industri tekstil, selain memberikan dampak positif bagi masyarakat juga menimbulkan dampak negatif berupa kerusakan pada lingkungan jika dibiarkan begitu saja tanpa ada pemecahan masalah.
Kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan industri tekstil ini adalah dengan dihasilkannya limbah cair dengan kandungan zat yang dapat menyebabkan polusi air, termasuk di dalamnya adalah zat warna yang cukup tinggi. Kandungan zat warna yang cukup tinggi dalam limbah ini berasal dari zat pewarna reaktif untuk pewarnaan kain katun yang tidak mudah melekat di kain dan banyak terbuang sebagai limbah.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, perlu dilakukan pengolahan terhadap limbah tersebut sebelum dibuang ke lingkungan sehingga tidak lagi menjadi racun bagi alam. Pada umumnya, pengolahan air limbah dilakukan secara kimia, fisika, dan biologi. Pengolahan secara kimia dan fisika berupa proses koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi. Sedangkan secara biologi, dengan memanfaatkan metode lumpur aktif. Pada proses koagulasi bahan kimia yang sering digunakan pada umumnya adalah senyawa ferro sulfat, ferri klorida, dan alum. Sedangkan pada proses flokulasi digunakan polimer sintetik seperti polielektrolit kationik, polielektrolit anionik, dan polielektrolit nonionik. Polimer-polimer sintetik tersebut sulit dibiodegradasi oleh mikroorganisme.

Prinsip kerja
Prinsip dasar dari elektrokoagulasi adalah reaksi reduksi dan oksidasi (redoks). Dalam suatu sel elektrokoagulasi, peristiwa oksidasi terjadi di elektroda yaitu anoda (+), sedangkan reduksi terjadi di elektroda yaitu katoda (-). Yang terlibat dalam reaksi elektrokoagulasi selain elektroda yaitu air yang diolah, yang berfungsi sebagai larutan elektrolit.
Apabila dalam suatu elektrolit ditempatkan dua elektroda dan dialiri arus listrik searah, maka akan terjadi peristiwa elektrokimia yaitu gejala dekomposisi elektrolit, dimana ion positif (kation) bergerak ke katoda dan menerima elektron yang direduksi dan ion negatif (anion) bergerak ke anoda dan menyerahkan elektron yang dioksidasi.
Untuk proses elektrokoagulasi digunakan elektroda yang dibuat dari aluminium (Al), karena logam ini mempunyai sifat, sebagai koagulan yang baik. Reaksi kimia yang terjadi sebagai berikut:
Rangkaian Alat

Administrator Profiles 2009-2010 on facebook

blog ini dikelola oleh 3 Administrator dari angkatan yang berbeda. Untuk ajaran 2009-2010, Blog KIR SMAN 25 Bandung dikelola oleh:

Minggu, 22 November 2009

Undur-Undur


Undur-undur adalah sebutan untuk kelompok serangga dari famili Myrmeleontidae (kadang-kadang salah dieja sebagai Myrmeleonidae). Di dunia ini diperkirakan ada sekitar 2.000 spesies undur-undur dan mereka tersebar di seluruh dunia, terutama di wilayah bersuhu hangat dan berpasir.

Nama "undur-undur" diberikan pada hewan ini karena kebiasaan larvanya berjalan mundur saat menggali sarang jebakan di tanah. Di daerah Barat, hewan ini dikenal dengan nama antlion (semut singa). Nama itu diberikan karena kebiasaan larvanya yang memburu semut secara ganas dengan cara menggali jebakan di dalam tanah sehingga dianggap sebagai "singanya para semut".

Klasifikasi

Undur-undur memiliki nama famili Myrmeleontidae yang berasal dari bahasa Yunani myrmex (semut) dan leon (singa) sehingga nama Myrmeleontidae secara harfiah bisa diartikan "semut singa". Famili Myrmeleontidae sendiri termasuk ke dalam ordo Neuroptera yang dalam bahasa Yunani bisa diartikan sebagai "sayap jala" atau "sayap berurat". Nama itu diberikan karena semua serangga dalam ordo ini memiliki dua pasang sayap transparan dan berurat.

Anatomi

Undur-undur memiliki penampilan yang sekilas mirip dengan capung karena sama-sama memiliki abdomennya panjang dan memiliki dua pasang sayap transparan berurat pada thoraxnya. Ia bisa dibedakan dengan capung dengan melihat antenanya yang panjang dan ujungnya sedikit melengkung, ukurannya yang rata-rata lebih kecil, dan matanya yang terletak di sisi kepala serta berukuran lebih kecil dibandingkan mata capung. Undur-undur juga tidak bisa terbang secepat dan selincah capung karena ia pada dasarnya merupakan penerbang lemah.

Undur-undur memiliki ukuran yang bervariasi. Jenis undur-undur terbesar di dunia diketahui berasal dari genus Palpares yang hidup di Afrika dan rentang sayapnya mencapai 16 cm. Spesies yang terkecil berasal dari wilayah Arabia dan rentang sayapnya hanya sekitar 2 cm. Mayoritas undur-undur sendiri umumnya berukuran antara 4-10 cm.

Daur hidup dan reproduksi

Reproduksi terjadi tidak lama setelah undur-undur baru saja keluar dari kepompongnya. perkawinan dimulai ketika sepasang undur-undur jantan dan betina hinggap di pohon. Sepasang undur-undur itu lalu melakukan kopulasi dengan cara saling melekatkan ujung ekornya. Kopulasi bisa berlangsung hingga dua jam lamanya. Undur-undur betina yang sudah kawin selanjutnya akan pergi mencari tempat untuk bertelur dan masih mungkin kembali ke tempat yang sama untuk kembali melakukan perkawinan.

Undur-undur mengalami metamorfosis sempurna: telur, larva, kepompong, dan dewasa. Perkembangan undur-undur dimulai ketika betina meletakkan telurnya di dalam tanah berpasir dengan cara mengetuk-ngetuk abdomennya ke dalam tanah dan mengeluarkan telur-telurnya di sana. Di dalam tangkapan, undur-undur betina bisa mengeluarkan telur hingga 20 butir sekali bertelur dan biasanya ia memilih pasir yang bersuhu hangat. Kadang-kadang, undur-undur betina yang sedang menaruh telur di atas pasir tertangkap oleh larva undur-undur lain yang kebetulan membuat jebakan yang berdekatan dengan tempatnya bertelur.

Makanan

Larva undur-undur terkenal sebagai pemangsa yang ganas karena ia memakan hampir segala jenis Arthropoda kecil, terutama semut. Ia berburu secara pasif dengan cara membuat sarang jebakan berbentuk corong, lalu bersembunyi di tengahnya sambil menunggu ada mangsa yang terperosok masuk. Bila ada mangsa terjebak masuk ke dalam perangkapnya namun masih bisa bergerak naik, larva undur-undur akan melempari mangsanya dengan butiran pasir agar tergelincir. Larva undur-undur mengetahui kehadiran korbannya dengan cara merasakan getaran dari gerakan korbannya.

Cahaya Kunang-Kunang


Kunang-kunang termasuk dalam keluarga kumbang dari ordo Coleoptera.Terdapat lebih dari 2000 spesies kunang-kunang yang tersebar di daerah tropis di seluruh dunia. Mereka dapat ditemukan di tempat-tempat lembab, seperti rawa-rawa dan daerah yang dipenuhi pepohonan. Di daerah lembap itulahkunang-kunang menemukan banyak sumber makanan untuk para larva.

Kita mengetahui bahwa kunang-kunang keluar pada malam hari, namun ada juga kunang-kunang yang beraktivitas di siang hari, loh. Mereka yang keluar siang hari ini umumnyatidak mengeluarkan cahaya. Hanya beberapa kunang-kunang yang mampu mengeluarkancahaya bila berada di tempat gelap.

Tapi kenapa, ya, kunang-kunang mengeluarkan cahaya? Bagaimana mereka tahan denganpanas yang ditimbulkan cahayanya? Itulah uniknya kunang-kunang! Cahaya yang mereka hasilkan adalah cahaya tanpa panas yang dinamakan Luminescence. Luminescence pada tubuh kunang-kunang dihasilkan oleh suatu zat bernama Luciferin. Nah, zat Luciferinini bergabung dengan oksigen untuk mengeluarkan cahaya.

tahu tidak, walaupun para ilmuwan sudah dapat membuat jenis cahaya yang sama dengan yang dihasilkan kunang-kunang, para ilmuwan tetap harus mengambil beberapa unsur dari tubuh kunang-kunang, karena para ahli kimia belum dapat membuat zat seperti itu. Hal tersebut masih menjadi misteri alam hingga kini.

Bayi Kunang-kunang

Pada kunang-kunang dewasa, selain untuk memberi peringatan tanda bahaya, cahaya pada tubuhnya berfungsi untuk menarik perhatian pasangannya. Tidak hanya kunang-kunang dewasa, bayi kunang-kunang yang masih berupa larva jugamengeluarkan cahaya. Cahaya pada larva berguna untuk memperingatkan hewan lain yang akan memangsa mereka agar tidak mendekat.

Setelah terjadi perkawinan, kunang-kunang betina akan meletakkan telur-telurnya dibawah permukaan tanah. Telur-telur tersebut akan menetas menjadi larva setelah 3-4 minggu dan akan terus diberi makan hingga musim panas berakhir. Setelah kira-kira 1-2 minggu dari berakhirnya musim panas, larva tersebut akan berubah menjadi pupa, kemudian berubah menjadi kunang-kunang dewasa.

Menjadi Lentera

Seperti pada beberapa hewan lainnya, kunang-kunang juga memiliki arti penting dalambeberapa legenda dan kebudayaan. Dalam mitologi bangsa Maya, kunang-kunang sering dikaitkan dengan bintang. Kunang-kunang juga dianggap mewakili utusandalam kuil-kuil Dewa Maya.

Orang-orang Cina kuno sering memasukkan kunang-kunang dalam sebuah kotak transparan untukkemudian digunakan sebagai lentera. Sementara dalam kebudayaan dan ceritarakyat Jepang, kunang-kunang memiliki arti yang sama besarnya dengan bunga Sakura yang terkenal itu.

jika teman-teman melihat kunang-kunang yang sedang terbang, kunang-kunang tersebut berjenis kelamin jantan. Mengapa begitu? Ya, karena hanya kunang-kunang jantanyang memiliki sayap, sementara para betina melekat di dedaunan dan tanah.

Jumat, 13 November 2009

Kodok Tebu Bahaya Internasional


Para pejabat di Australia Barat meminta militer dikerahkan untuk menghentikan serbuan kodok tebu.

Hewan amfibi itu menyebar seperti wabah di seluruh kawasan tropis di Australia sejak didatangkan ke negara ini pada tahun 1930-an.

Kodok tebu pertama kali didatangkan ke Australia dari Hawaii untuk memusnahkan kumbang tebu, namun spesies itu kini membawa dampak yang menghancurkan terhadap kehidupan liar Australia.

Jumlah kodok tebu diperkirakan 100 juta diseluruh kawasan tropis Australia.

Barisan kodok

Kawanan kodok telah mencapai pinggiran kota Darwin di Northern Territory.

Dari seberang perbatasan, para pejabat negara bagian Australia Barat mengamati dengan perasaan amat risau.

Para pemerintah negara bagian menulis ke pemerintah federal di Canbera, guna meminta izin untuk mengerahkan pasukan sebagai barisan pertahanan utama mereka.

Sebagian besar pedalaman Australia Barat tidak bisa dihuni dan tidak mudah dijangkau.

Di kawasan terpencil seperti itu, sumber daya militer mungkin sangat berguna.

Racun mematikan

Kodok tebu memiliki ukuran tubuh besar dan kulitnya berkutil. Spesies ini menimbulkan dampak menghancurkan bagi satwa liar Australia.

Kodok ini memiliki racun yang begitu keras, sehinggga bisa mematikan buaya, ular, dan pemangsa lain dalam beberapa menit saja.

Semua upaya untuk memerangi penyebarang kodok tebu sejauh ini gagal.

Tidak seorang pun bisa memastikan cara yang paling ampuh untuk menghentikan mereka.

Seorang anggota parlemen federal Australia pernah mengusulkan agar warga memukuli kodok itu dengan stik golf atau pemukul kriket.

Kelompok pecinta satwa mengatakan, cara manusiawi untuk memusnahkan kodok penyerbu itu adalah memasukkan mereka ke lemari pembeku hingga mati.

Katak tebu pertama kali dilepaskan di Queensland dan sejak saat itu berkembang menjadi jutaan ekor dan bergerak ke seluruh Australia.

Mereka cepat sekali berkembang biak. Ada yang memperkirakan jumlah mereka mencapai 200 juta ekor.

Mereka tidak diragukan lagi menimbulkan dampak bagi lingkungan.map

Mereka meracuni banyak satwa asli, termasuk buaya yang mati setelah melahap mereka.

Populasi sebagian ular, katak dan hewan kecil berkantung juga sangat menderita akibat katak ini.

Seorang anggota parlemen Northern Territory pernah mengatakan, katak itu sudah sangat mengancam sehingga wara seyogyanya menyerang mereka dengan tongkat golf untuk mengendalikan jumlah mereka.

Senin, 09 November 2009

Nitrocellulose

Nitrocellulose, also known as cellulose nitrate, guncotton, collodion wool, Iodion cotton etc, is a highly flammable compound formed by nitrating cellulose ( (C6H10O5)n , eg. cotton) through exposure to a powerful nitrating agent like Nitric Acid. There are many uses of Nitrocellulose (NC). During world war 2, NC was used as a smokeless propellant, replacing gunpowder. NC is also used in films and plastics. For example, ping-pong balls are made out of NC. You might also be familiar with Magician's 'Flash Paper', sheets of nitrated paper (or cloth), which burn instantly, with a bright flash and leave no ash and produce no smoke. Other uses includes rocket propellants, lacquer coatings and waterproof fuses for use in pyrotechnics.

Nitrocellulose can have different properties... this is determined by its Nitrogen content. It can be a resistant plastic, or a unstable highly flammable and explosive (when confined) material. Here the procedure for NC synthesis are outlined for educational purposes. It is a relatively safe nitration process, however, the product requires expert handling. Also, extremely dangerous chemicals have to be properly handled (Concentrated Sulphuric Acid and Nitric Acid), as well as other flammable substances (Acetone) make this hazardous for anyone not skilled in chemistry to even attempt. Attempting these procedures is highly discouraged and if you choose to do so, do it at your own risk.

Reactions that will occur in this synthesis are the decomposition of Nitric Acid, and the nitration of cellulose.

HNO3 + H2SO4 → NO2 + H2O + HSO4

(C6H7O(OH)3)n + 3XNO2 + 3XH2O → C6H7O(ONO2)3)x + 3XH3O

Two types of Nitrocellulose synthesis procedures are outlined here, NC trinitrate and NC hexanitrate.


Videos of Nitrocellulose deflagrating

This 686kb WMV clip showcases 4 different amounts of Nitrocellulose being deflagrated, and one clip whereby a coil of Nitrocellulose is lit.
Click here or the picture to download.




Referensi:
http://www.loneoceans.com/labs/nitrocellulose/index.htm

Minggu, 08 November 2009

Kompos Cair


Selama ini kompos banyak dikenal dalam bentuk padat. Kini ada kompos berbentuk cair yang lebih praktis dan mudah dalam penggunaanya.

Pembuatan pupuk kompos adalah pengolahan limbah paling populer, juga paling mudah. Sisa-sisa sampah rumah tangga organik hampir semua dapat dijadikan penyubur tanaman ini. Sederhananya, sampah di timbun dan di balik-balik secara berkala, Lalu tinggal menunggu jadi. Berikut Cara pembuatan pupuk Kompos Cair..

Pembuatan Pupuk Kompos Cair sangat sederahana. Pertam-tama siapkan alat dan bahan sebagai berikut :

* Sabut Kelapa ( 3 Bagian )
* Kotoran Kambing ( 1 Bagian )
* Air Tanah atau Sumur
* Golok
* Karung Plastik berpori-pori besar atau kasa nyamuk
* Ember dengan tutupnya

Cara Pembuatan :

1. Cacahlah sabut kelapa sampai menjadi potongan-potongan kecil, dengan ukuran kira-kira 3 x 3 cm. Pencacahan tersebut dilakukan untuk merangsang sabut untuk mengeluarkan lebih banyak lagi getah. Ini ditandai dengan munculnya aroma khas kelapa dari cacahan serabut tadi.
2. Masukkan potongan serabut tadi ke dalam karung. Ikat bagian atas karung. Langkah ini dilakukan karena sabut dan karung masih digunakan untuk pembuatan pupuk kompos cair sekali lagi.
3. Rendamlah karung tersebut kedalam ember berisi air. Tingginya air disesuaikan dengan banyaknya sabut. Usahakan semua bagian sabut terendam air. Tambahkan kotoran kambing ke dalam ember.
4. Tutup rapat ember tersebut, dan diamkan selama seminggu. Pada umur dua minggu cairan kompos dalam ember dapat digunakan.

Kompos cair yang dihasilkan konsentrasinya masih tinggi. karena itu, sebelum disiramkan ke tanaman, terlebih dulu kompos cair 1 bagian, dan air 3-4 bagian. Pemakainya cukup satu kali seminggu, disiramkan langsung ke media tanaman.